BANJARNEGARA





Alun alun Banjarnegara


Banjarnegara, dalam aksara Hanacaraka ꦧꦚ꧀ꦗꦂꦤꦼꦒꦫ, merupakan ibu kota Kabupaten Banjarnegara, sekaligus pusat pemerintahan dan perekonomian Kabupaten Banjarnegara.Banjarnegara juga merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kabupaten ini mempunyai semboyan: “ GILAR-GILAR ” yang mewakili sembilan aspek kehidupan yang mencerminkan cita-cita Banjarnegara. Aspek tersebut adalah bersih, rapi, teratur, indah, aman, nyaman, tenteram, santun, dan sehat. Jumlah penduduk pada tahun 2021 sebanyak 70.472 jiwa [1]. Kecamatan Banjar Negara merupakan jalur yang menghubungkan kota Purwokerto di Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Wonosobo.


Geografi

Kecamatan Banjarnegara terletak di cekungan Sungai Serayu, membentuk cekungan yang tidak terlalu luas. Oleh karena itu, Kabupaten Banjarnegara tidak terlalu besar dan sebagian orang menganggap kota ini sepi karena ukurannya yang kecil.


Zona Iklim

Banjarnegara mempunyai iklim hutan hujan tropis dengan curah hujan sedang dari bulan Juni sampai September dan curah hujan lebat hingga sangat lebat dari bulan Oktober sampai Mei. Wilayah ini merupakan salah satu kota dengan curah hujan tertinggi di Indonesia.

Demografi

Pada tahun 2021, jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara sebanyak 70.472 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.876 jiwa/km². [1] Penduduk Kabupaten Banjar Negara berdasarkan agama adalah 97,76% beragama Islam, diikuti oleh 1,67% Kristen (1,21% Protestan, 0,46% Katolik). Sisanya beragama Budha 0,05%, Hindu 0,02%, dan lain-lain 0,50%. Saat ini tempat ibadah yang ada meliputi 150 masjid, delapan gereja Protestan, satu gereja Katolik, dan dua vihara.


Ekonomi

Banjarnegara bukanlah kota industri seperti Purbalinga atau Cilacap, sehingga aktivitas industri jarang terlihat di Banjarnegara. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Banjarnegara bermata pencaharian dari pertanian, karena kota ini memiliki sawah yang luas.


Kebudayaan

Bahasa

Bahasa yang umum digunakan masyarakat Kabupaten Banjarnegara mengacu pada dialek Banyumasan yang biasa disebut Ngapak. Namun Ngapak tidak terlalu medok karena kebanyakan masyarakat Banyumas menuturkannya, namun ada beberapa tambahan seperti “ka” kemudian pengucapan a menjadi e dan misalnya “ya” menjadi “ya ka”.


Masakan

Berikut makanan khas daerah ini.

Dawet Ayu terbuat dari tepung terigu yang dicampur santan dan gula merah untuk membuat chendol, merupakan masakan khas. Beberapa juga menambahkan nangka atau durian ke dalamnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATU BATA BANJARNEGARA